Selasa, 14 September 2021

IBU

Ibu....bukan lagi sapaan yang kuberikan kepada orang yang melahirkanku, tetapi ia juga sapaan yang diberikan anakku kepadaku. Aku seorang wanita karir yang mengejar cita-cita. Tapi sayangnya aku adalah ibu yang berkarir.
Aku meninggalkan keluargaku untuk berkarir di luar kota. Hal ini terlihat indah bagi yang melihat. Tapi ini hal yang cukup berat bagiku, ketika bayangan tawa itu diam diam menyelinap melewati pelupuk mataku. Senyum riang dengan suara yang renyah beberapa kali menggema di telinga, dan kehidupan mereka berantakan karenaku. Ini cukup menguras tenaga dan pikiranku. Hidup memang pilihan, namun jikapilihannya adalah ini ingin rasanya aku menyerah.

Rabu, 03 Maret 2021

KELUAR DARI ZONA NYAMAN

 Keluar dari Zona Nyaman

Saat ini aku tidak lagi berada di zona yang biasanya. hal ini bgitu berat bagi saya. harus teroisah dengan anak-anakku. Aku merasa kehilanagn masa kanak-kanak mereka. Aku sekarang berada di Lumajang. Kota yang tak pernah kubayangkan. ya, pada titik nol. Mentalku begitu down dengan keadaan yang ada di sini. Di sini jauh dari keramaian kota. Tranportasi umum pun sulit. Yang membuatkau tak betah adalah tingkat kriminal yang begitu tinggi di sini. Banyak hal yang menyebabkannya. Mengapa dalam benakku sekanrang aku membenci orang-orang


madura. Yang awalnya dulu aku menykainya. bahkan ingin sekali aku bisa bahasa mereka. namun setalah aku tinggal bersama mereka memang kenyataan tak seindah ekspektasi. Aku mundur karena sifat keras mereka. 

Jumat, 21 Agustus 2020

Keluarga

 Perahu bercadik itu mungkin sempit. Sesempit tujuan berkeluarga. Yang sebenarnya terlalu luas untuk dinaiki mengarungi bahtera. 

Kamis, 06 Desember 2018

Lelah

Lelah.
Mencintai dan dicintai seseorang itu indah dan bahagia. Bersama berdua, susah senang, duka dan cita. Hemm, enteng banget perkataaan ini. simpel dan begitu sederhana. Definisi senang, semua sudah paham. Akan tetapi, mendifinisikan kata "susah"  membutuhkan berbagai macam pengalaman. "Susah" bukan sekadar kata-kata yang begitu sederhana. Ia membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. "Susah" membutuhkan konteks yang mengikutinya. Kata "susah' begitu kompleks untuk dijalani. 

Ketika itu, mereka berpacaran dan memutuskan untuk menikah. Bahagia, di pelaminan, bercengkrama di setiap sore sambil memandang senja. Memiliki keturunan dan membesarkannya dengan sukarela. Lengkap sudah. Sesederhana itu hidup ini. 
Ups! Ada yang terlupa. mereka pikir itu saja. Belum sempat berpikir bagaimana rasanya jika tidak bekerja. Tetiba kontrak kerja sang suami terputus tidak diperpanjang lagi, dan si anak pun jatuh sakit, masuk rumah sakit. Awalnya, masuk rumah sakit kelas mentereng lah, mau pelayanan yang terbaik untuk anaknya, dan si anak pun sembuh. Lalu, biaya rumah sakit darimana? "Utang". Ya, utang. Uang belasan juta dia dapatkan dari utang. 
Tak berselang lama, sang suami pun kembali bekerja. Dia memeras keringat untuk membayar utang-utang itu. Belum terbyarkan semua, si anak sakit lagi. Masuk rumah sakit lagi. Tabungan sudah tak ada lagi. Darimana biaya rumah sakit. Utang lagi. begitulah. Pasangan muda ini sekarang penuh dengan utang. tapi tak pantang menyerah, mereka masih tetap bekerja untuk membayar utang. 
Belum selesai di sini.
Pasangan yang sudah menikah, tinggal bersama orang tua adalah hal yang agak risih. Ada sedikit tabungan, yang meskipun masih dengan kisah utang yang cukup panjang, mereka memberanikan diri untuk membeli rumah dengan kredit selama lima belas tahun. Uwooooo, bukan waktu yang singkat. Tapi mau bagaimana lagi memang lebih baik  berpisah dengan orang tua.
Bersambung..

Minggu, 12 November 2017

Perempuan

Perempuan

Dia tidak minta untuk dilahirkan atau hidup di dunia ini sesuai kata hatinya. Dia ada karena takdir yang yang mengadakannya. Dibangun dari serpihan-serpihan tulang yang tercecer dari tulang rusuk laki-laki. Lalu ditiupkkannya nyawa yang membara dari dalam tubuhya. 

Ya, begitu membara. Dialah para inang dari jasad-jasad yang ber ruh yang sok tahu tentang dirinya. Sedihnya adalah air mata yang bermuara diatara bahagia orang lain. 

Ya, perempuan. Menisbikan sakit demi sehat yang lainnya. Apakah mereka tahu? Tidak. Mereka hanya sok tahu. Bahkan sekadar mengambil manfaat dari perempuan. Bahkan suami yang dikata orang yang sayang dengannya. Tapi semua butuh imbalan yang tak terhingga harganya. Berkeluarga hanya tendensi masryarakat semata. 

Pedulikah mereka? Tidak. Sungguh tak acuh yang mereka perlihatkan. Tuhan. Apakah Tuhan tahu dengan perempuan? Jawabnya juga ambigu dan rancu. Mengertikah kau perempuan? 

Seorang perempuan pun terkadang tak mengerti mengapa dia harus perempuan.