Sabtu, 10 Februari 2024

Waktu menunjukkan pukul 23.53 WIB. Dada ini terasa berdebar-debar dan mata pun sulit terpejamkan. Sebenarnya persaan apa yang kurasakan. Kecemasan apa yang kualami sehingga mennganggu kualitas hidupku. Memang beberapa waktu yang lalu ada hal yang sangat menggangguku. Dunia kerja. Ya..memang se toxic ini dunia kerja yang berhubungan dengan keuangan. Mungkin banyak hal yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Bisa jadi hal ini menjadi caranya untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Berbagai cara. Iya, berbagai cara yang mungkin di luar nalarku. Aku adalah seorang wanita karir yang berkerja sebagai guru SMA di salah satu kecamatan pinggiran di kabupaten dengan slogan kota santri. Aku baru mutasi ke kota ini baru dua tahun yang lalu. Di setengah tahun pertama aku sudah ditodong dengan SK bendahara BPOPP. Tanpa bertanya kesediaanku untuk berkecimpung di dalamnya. Aku dulu pernah berpengalaman berkecimpung di dunia keuangan, aku menyadari bahwa banyak hal negatif di sana. Aku berusaha menolak, tapi SK sudah diajukan. Aku tidak bisa berkutik dengan todongan itu. Sebagai wanita yang bertanggung jawab aku pun menerima tugas itu penuh dengan keprofesionalan. Berjalan sebulan, dua bulan, tiga bulan kulalui dengan senyuman. Namun aku curiga dengan beberapa hal yang dilakukan di belakangku oleh operatorku. Pergi ke kantor cabang dinas sering meningglakanku. Aplikasi keuangan yang aku bahkan tidak tahu akun dan kata kuncinya. Bahkan sudah satu tahun aku belum bisa melakukan pembayaran pajak online yang seharusnya itu masalah sepele. Dunia belanja barang yang aku merasa di blok hubungan dengan rekanan penyedia barang. Ada sebenarnya? Mengapa ada hal yang ditutupi dariku? bahkan terpikir untuk mengambil posisimu saja tidak. Ups...aku yaa yang bendahara bukan dia. harusnya dia yang mengambil posisiku. Ah, ini hanya sebuah pekerjaan yang setelah ini sudah. Tapi tidak. Aku merasa rumah keduaku teracuni oleh hal ini. Di sini pekerjaan itu kulalui dengan tekanan. Meskipun demikian, aku tetap menjalankan tugasku dengan penuh tanggung jawab. Dan sekali lagi aku masih bersabar menjalankan tugasku dengan penuh tanggung jawab. Aku beberapa kali mengajukan kemunduran diriku terhadap tugas tambahan ini. Dan tidak disetujui oleh kepala sekolah. Tiba saatnya usulan bendahara baru harus diajukan ke BKAD Peemprov Jatim. Kembali aku mengajukan pengunduran diri. Tapi tidak disetujui kembali.Akun mengajukan syarat dengan menambahkan operator baru.Ini adalah awal konflik yang menjadi semakin rumit dan penuh drama. anggapan bahwa aku menjelek-jelekkannya. Ah...itu tidak benar. Aku bhakan tidak pernah cerita ke siapa pun. Baru ter blow up kali ini dan aku speak up kepada setiap orang. Bukan merncari pembelaan maupun pembenaran. tapi ini adalah cerita yang versiku tanpa kutambahkan bumbu bumbu yang menguras air mata dan energi jiwa. Salah jika aku mengutarakan segala kekesalanku. Mereka mengganggap aku belum memiliki kuasa tapi sudah minta ini dan itu. aku tidak meminta kuasa sedikitpun aku hanya mencoba meluruskan yang menjadi seharusnya. Salah jika aku merasa tersakiti dan sekarang speak up? Bahkan nyinyiran orang orang dibelakang ku yang aku tak tahu seperti apa. Seolah terblocking. Sekolah ini macam apa. Tuhan...salahkah aku jika aku ingin partner kerja yg sama sama saling menghargai bukan di depan A dan di belakang B. Membuang tenaga yang kuar biasa.